Borong Juara, Guru Muhiga Menangi Lomba Cipta Cerpen dan Esai Tingkat Nasional

GAMPING – Guru SMP Muhammadiyah 1 Gamping berhasil memborong dua jenis juara dalam lomba Etnika Fest 2022 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (26/3). Secara spesifik, Angga T Sanjaya, M.Pd., menjadi juara 1 Cipta Cerpen dan Juara 2 Cipta Esai kategori umum tingkat nasional.

 

“Keberhasilan ini sejujurnya telah malampaui ekspetasi dan spekulasi. Dari awal saya hanya menargetkan salah satu cabang lomba esai. Namun saat pengumuman justru cabang cipta cerpen yang menjadikan saya juara 1,” ujar alumni UAD dan Pascasarjana UNY ini.

 

Karya cerpen yang dimaksud berujudul “Angpau dan Merah” yang mengangkat isu kekerasan terhadap perempuan Tionghoa khsusunya di era orde baru yang secara apriori tidak terjamah oleh hukum.

 

“Cerpen tersebut mengkonstruksi isu kekerasan gender khsususnya perempuan Tionghoa dalam kerusuhan tahun 98 di Jembatan Tiga Jakarta. Kita tahu bahwa masyarakat Tionghoa menjadi salah satu minoritas yang inferior dan karenanya acapkali dideskriminasikan. Apalagi jika merujuk pada muatan hostoris, peristiwa tersebut tidak pernah benar-benar diadili dengan serius.”

 

“Dengan merekonstruksi wacana tersebut harapannya suatu saat dapat menjadi diskurusus dalam isu sosial,” lanjutnya.

 

Dalam cabang esai, karya Angga T Sanjaya yang berhasil meraih juara ialah 'Kekerasan Epistemik di Masa Pandemi: Dari Relasi Kuasa Foucault ke Subalternitas Gayatri'.

 

Menurutnya, karya ini merepresentasikan keadaan pasca pandemi dalam bingkai postkolonnial. Selaras dengan tema lomba Etnika Fest 2022 yakni “Indonesia Pasca Pandemi: Meneroka Wajah Kebudayaan Kita”.

 

“Saya berangkat dari kekerasan epistemik yang terjadi pada negara-negara dunia ketiga secara spesifik Asia dan khsususnya Indonesia. Di era pandemi, kekerasan berbasis ilmu pengetahuan dan sains justru kian masif.”

 

“Berbagai kebijakan dunia turut mengendalikan dan mendominasi Indonesia. Bahkan sebagai negara yang dianggap inferior dan bodoh, Indonesia dikendalikan secara politis hingga dalam konteks publik healt di era pandemi ini. Isu inilah yang saya konstruksi agar pembaca menyadari bagaimana dominasi dunia Barat terhadap kita,” pungkasnya.

 

Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Gamping memandang secara optimistik terhadap berbagai kerjuaraan yang berhasil diraih dalam beberapa waktu ini. Baginya ini menandakan bahwa kreativitas para pendidik tetap terkelola sekalipun pandemi masih melanda.

 

“Kita patut berbangga atas hasil kejuaraan atau prestasi yang telah diraih guru SMP Muhammadiyah 1 Gamping pada tingkat nasional. Kejuaraan yang memuaskan ini menunjukkan bahwa kita tidak kehilangan orientasi dalam mengembangkan potensi dan bakat, kita tetap produktif untuk berprestasi di tengah pandemi global Covid-19 ini,”  tutup Watini, S.Pd.Si (ang/alv).